Selasa, 07 Desember 2010

Kemaksiatan Menambah Keimanan Seorang Muslim

Ada manusia yang berpendapat bahwa terjadinya maksiat bisa menambah keimanan. Sudut pandang ini termasuk yang paling halus, sehingga jarang ada orang yang bisa menerapkannya. Hanya orang ahli ma’rifat saja yang bisa menerapkan sudut pandang ini. Mungkin saja orang yang mendengar pernyataan ini dengan serta-merta akan protes. Dia akan berkata lantang: “Bagaimana mungkin perbuatan dosa dan maksiat diakui bisa menambah keimanan? Apalagi jika dosa dan kemaksiatan itu dilakukan oleh seorang hamba Allah. Bukankah perbuatan itu akan semakin mengurangi kadar keimanan dalam dirinya? Bukankah para ulama salaf juga bersepakat bahwa keimanan bertambah akibat ketaatan kepada Allah dan berkurang akibat maksiat kepada-Nya?
Ketahuilah bahwa kesimpulan semacam ini dihasilkan dari perenungan seorang yang ma’rifat (mengenal Allah sangat dekat) terhadap dosa-dosa dan perbuatan maksiat yang berasal dari dirinya maupun orang lain. Orang yang arif merenungkan perbuatan dosa dan maksiat sampai dengan akibat yang dihasilkan perbuatan bejat tersebut. Dan ternyata dapat disimpulkan bahwa akibat dari perbuatan dosa dan maksiat yang biasanya menimbulkkan bencana dan munculnya mu’jizat, merupakan salah satu dari tanda-tanda kenabian dan sebagai bukti kebenaran pam rasul Allah Ta’laa. Bahkan akibat perbuatan dosa itu malah menegaskan kebenaran ajaran yang dibawa para rasul Allah tersebut.
Sesungguhnya para rasul Allah shalawaatullahu wa salaamuhu ‘alaihim memerintahkan ummat manusia untuk membenahi kondisi lahir maupun batin mereka, baik di kehidupan dunia maupun akhirat. Para rasul juga melarang mereka untuk melakukan kerusakan pada lahir-batin mereka baik di dunia maupun akhirat. Maka utusan-utusan Allah itu memberitahukan kepada umat manusia bahwa sesungguhnya Allah itu menyukai perbuatan yang ini dan itu. Allah juga akan mengganjar perbuatan yang telah dilaksanakan. Para rasul juga memberitahukan bahwa Allah membenci perbuatan yang ini dan itu. Dan Allah akan mendatangkan siksa atas perbuatan tersebut. Apabila umat manusia mentaati apa yang telah Dia perintahkan kepadanya, maka Allah akan bersyukur kepadanya dengan cara memberikan pertolongan dan tambahan kenikmatan di dalam hati, jasad maupun hartanya. Maka hamba tersebut akan merasakan kecukupan dan kekuatan di setiap situasi. Akan tetapi apabila perintah dan larangan-Nya dilanggar, maka hal itu menyebabkan ketidak-cukupan, kerusakan, kelemahan, kehinaan, diremehkan, dan kehidupan yang terasa sangat sempit.
Hal ini sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah Ta’aala: ‘Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”(QS. an-Nahl (16):67). “Katakanlah: “Hai hamba-hamha-Ku yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang bcrbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.” (QS. az-Zumar (39):10). “Dan scsungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik.”(QS.an Nahl(16):30). “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. Jika kamu mengerjakan yang demikian, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampa i kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat” (QS. Huud (11):3). “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” (QS. Thaaha (20):124-125).

Sumber : http://agama.kompasiana.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar